Jumat, 30 Desember 2011

Bye bye 2011 welcome 2012

Ternyata, waktu itu berlalu begitu cepat, detik demi detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam berubah menjadi hari, minggu, bulan lalu tahun tapi tak satupun dari daftar rencanaku berhasil, intinya tahun ini NIHIL, Umur bekurang, mungkin kesempatan juga berkurang, jujur ada rasa jenuh, protes pada ketidakadilan, berontak pada keadaan, marah pada kenyataan. bukankah semua orang akan bereaksi sama, melihat dan merasakan ketidakadilan pada diri sendiri, marah pada diri sendiri ketika tidak bisa melakukan apapun.

Bukan gak mau melakukan sesuatu untuk perubahan, tapi ketika kita berada pada titik jenuh, berada pada titik yang melelahkan, dimana kemarahan, keputus asaan membaur menjadi satu, rasa percaya diri sudah tidak mumpuni lagi untuk membuat kepala ini berdiri, optimis menatap masa depan. meratap, menangis dan marahpun tak ada gunanya.

wkwkwkwkwk dramatis banget sih, emang sih akhir-akhir ini aku agak gak produktif buat nulis, yang ada juga kata anak jaman sekarang namanya 'Galau', jadi tiap nulis pasti isinya curhat colongan, penuh dengan kegalauan, kekecewaan hehhehe gak jelas deh pokoknya, selepas dari masalah hidup, akhir-akhir ini aku lagi disibukkan dengan nonton drama (wkwkwk, gak jelas banget ya), maklum, ini hobby baru, soalnya selama ini aku paling gak suka nonton, tapi entah kenapa, akhir-akhir ini jadi suka nonton.

Bicara soal 2011 yang Nothing, aku punya harapan di 2012, aku berharap di usiaku yang baru genap 24 tahun (beranjak tua ternyata), aku ingin mengusahakan yang aku bisa, hidup dan berdiri dengan kakiku sendiri, tetap aku ingin orang yang aku sayangi tetap berada disampingku. amiiiiiiiinnnn

Minggu, 16 Oktober 2011

Oh My Lord, I'm So Tired

Tumbuh menjadi dewasa, ternyata tidak begitu menyenangkan, terkadang aku lelah menghadapi semuanya, lelah dengan keadaan yang ada, itulah tandanya kalau aku benar-benar dewasa kali ini, anak kecil selalu menginkan agar segera tumbuh dewasa, begitu juga sebaliknya, orang dewasa ingin selalu menjadi anak kecil, agar bisa lebih jujur dalam menghadapi persoalan hidup, tertawa lepas tanpa beban, tersenyum puas dan selalu bahagia tanpa tau kondisi disekitarnya bahaya.


Kali ini aku benar-benar lelah, setelah mengetahui kalau hidup itu tidak mudah, tapi keadaan memaksaku untuk tetap survive, never give up, demi Ibu yang aku cintai, demi saudaraku yang aku sayangi. Tuhan, jiwa waktu itu bisa membuat aku lebih dewasa dalam menghapi semuanya, bisa membuatku naik tingkat karena bisa menghadapi pertanyaan mereka, mereka yang melihat ku dengan tatapan sinisnya, dengan sindiran pahitnya, dengan cibirannya, dengan semua yang mereka tatap dengan tatapan penuh kebencian.


Ibuuuuu, aku ingin menceritakan semua, tapi aku tak ingin ibu sedih, aku ingin seperti biasa, menggoda ibu, mencium pipi ibu dengan candaan khas ku, setelah mencium ibu minta uang (walaupun sejujurnya itu hanya candaan, supaya ibu selalu tertawa. demi ibu, aku berjanji, aku akan merubah dunia kecilku ini, seperti janji kami dulu sewaktu kecil, suatu saat nanti, kami ingin, Ibu, Bapak menikmati masa tua dengan bahagia. Do'akan aku ibu, aku berjanji akan menjadi anakmu yang selalu ceria.

Sabtu, 17 September 2011

Teman Semusim

Sesuai dengan judulnya, "Teman Semusim", tak jarang bahkan mungkin sering kali kita mendapatinya, bukan sekedar teman musim panas atau musim dingin tapi ini lebih tepatnya teman musiman gitu, waktu kita sekolah, kuliah, kursus, tapi setelah semuanya berakhir, pertemanan itu juga perlahan berakhir.

Dunia sosialku cukup luas, aku mampu bahkan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi satu hal yang membuatku kurang beruntung, rata-rata dari mereka hanyalah teman semusim, satu-satunya sahabatku yang mampu bertahan sampai saat ini adalah sosok sahabat yang aku kenal waktu kelas 1 SMP dulu, tak perduli jarak yang memisahkan kami, dia tetep menjadi sosok sahabat yang terbaik yang aku miliki.

Bulan depan hari pernikahannya, aku turut bahagia memiliki teman sepertinya, tidak seperti rata-rata watak orang yang mendominasi di kota kelahiranku ini, mereka rata-rata mempunyai sifat yang sama, seenaknya sendiri, semaunya sendiri, serba semusim, semua fiktif, didominasi oleh sifat manipulatif, penjilat, sampaaaaahhhh.

Akhir-akhir ini aku memutuskan untuk 'hanya diam' dirumah, daripada mendengarkan nada sumbang tetangga yang kurang kerjaan, yups, mereka terlalu banyak waktu luang untuk bergunjing ria dari pada mengurus anak dan suami mereka, bahkan herannya akupun masuk daftar gunjingan mereka, banyak yang 'tidak suka' dengan pola pikirku (lha, kok malah ribet ngurusin hidup gue ya).

Perasaan tak satupun yang aku lakuin itu ngerugiin mereka, herannya masih aja aku yang jadi sorotan, I know, jauh dari kata sukses, aku terlihat 'diam' dari pada 'bekerja', mulut mereka itu udah kayak comberan, gak bisa apa biarin aku bekerja dengan caraku, ini hidupku, peduli amat. udara disini terlalu panas jadi dari pada mendengarkan sampah itu keluar dari mulut mereka, lebih baik memperbaiki diri, aku tetap pada prinsipku, aku tak mau terlihat lebih 'Wah' padahal aku menderita, yang tau titik aman untuk diriku sendiri, cuma aku, jadi tak perduli apa yang mereka katakan, aku tetap pada prinsipku, dan terus menjadi diriku sendiri, tak perduli mereka memaki. teman semusim dan sampahnya.

Jumat, 26 Agustus 2011

Cerita Gak Jelasku

Taraaaaaaaaaaaaa, lama gak ngeblog, jarang update sekarang, habis bingung, mau curhat apa di blog tercintaku ini, udah hari ke 26 puasa nih, itu tandanya bentar lagi lebaran, senengnya. Eits, tapi no plan, kecuali menghabiskan waktu buat nonton drama korea, wkwkwkwk, maklum lagi demam sama bintang Halliyu.

mestinya sih kalau udah mendekati lebaran gini sibuk, lha diriku malah males, males ngapa-ngapain, terutama males keluar rumah, bahkan selera musik aja berubah, berubah aneh, berubah gak jelas, jadi melankolis tapi universal, artinya, diriku lagi mencintai lagu dari berbagai penjuru dunia, mulai dari Italy, spanyol ampe korea hahaha (gaak jelas banget ya diriku) ampe mbak eka juga ikutan demam gak jelas, demam india campur arab hahaha (es kaleeeeee ya)


Jumat, 22 Juli 2011

Surat Cinta dari Burung Garuda

Pagi ini aku seneng banget, setelah baca e-mail, ternyata ada surat cinta yang nyangkut disana, Yippyyy, gak nyangka lamaranku ke GIA di respon. setelah beberapa perusahaan, eits bukan beberapa sih, tapi banyak banget, setelah lulus kuliah dan jadi rajin ngelamar kerja, cuma ada beberapa perusahaan yang rata-rata BUMN yang lumayan punya respon positif, selebihnya sih gak ada kabar.

Setiap orang punya mimpi, nah aku tipikal orang yang mempunyai mimpi yang tinggi, jika hidup ini pilihan dan kumpulan dari asa, maka aku tetapkan mimpiku tapi tetap bersyukur dan menerima apa yang kelak Allah takdirkan atas semua mimpiku itu, klo ditanya saat ini, keinginanku cuma 1, aku ingin bekerja di perusahaan BUMN yang pertama Pertamina, alasannya klise sih, aku pengen membantu meringankan beban ibu dan menyambung mimpi ibu yang pernah tertunda, tahun lalu aku sempat dipanggil untuk tes, tapi karena kelalaianku, aku telat baca e-mail sampai akhirnya aku jelas gagal karena gak ikut tes, tau kabar seperti itu, ibu ampe gak bisa tidur, sebenernya udah diingetin sih sama ibu, nyuruh aku selalu buka e-mail, tapi dasar aku aja yang ngeyel, mungkin ibu udah kerasa kali, tapi aku aja yang ceroboh dan gak teliti.
 
Yang kedua, aku ingin bekerja diperusahaan penerbangan, Yaps, GIA. jujur seneng banget dan suatu kehormatan buat aku bisa ikut dalam seleksi ini, tapi banyak pertimbangan, terutama restu Ibu, sebenernya ibu merestui buat aku pergi ke Jakarta, tapi ada perasaan yang mengganjal dihati ini, entah apa namanya, yang aku rasa Ibu tak sepenuh hati, belajar dari banyaknya kegagalanku dimasa lalu, buatku yang terpenting adalah restu Ibu. mimpiku tetap sama, tinggi melayang diudara, setinggi garuda terbang terbentang diangkasa, apapun yang ada didepanku kelak, aku percaya tak ada yang kebetulan, semua rencana Tuhan dan telah dituliskan di Lauhul Mahfuz, kitab rahasia manusia, sebuah Qodar yang tak terelakkan.

Kamis, 19 Mei 2011

Cerita Dua Dunia


Dunia ini serasa sempit bagiku, lepas dari rutinitas yang sangat menyebalkan membuat penatku sedikit terobati, tapi siapa yang tahu, apa yang ada dibenakku selama ini, berada di ruangan berukuran 4x4 serasa begitu sempit bagiku, dengan remote TV yang digenggam ditangan kanan, dan jari ini terlalu kreatif untuk memencet tombol-tombol yang ada, tapi tak satupun chanel Tv yang bisa mengurangi kepenatanku “Argh, semua acara di Tv gak ada yang menarik”, gerutunya sembari melempar remote Tv kearah sofa yang ada disebelahnya.

“Gaia sayang, ada pesan buat kamu nih”, panggil kakakku, saat aku melototin foto-foto yang kami ambil 2 hari yang lalu, saat kami jalan-jalan melihat Sunrise di penanjakan dan kaldera kawasan wisata Gunung bromo.

“sebentar kak” ujarku menyahuti panggilan kak Kendra. Aku bergegas keluar dari kamar. “Ada apa kak?” tanyaku kemudian pada kak Kendra. “Ini ada bingkisan”. Jawabnya sembari menyodorkan sebuah kotak kubus yang dibungkus dengan kertas bermotif bunga Crysant dan ditengahnya dihiasi dengan pita warna Peach, menambah cantik tampilannya, ditambah dengan seikat bunga crysant warna senada dengan pembungkus bingkisan yang aku terima ikut menyertainya.

Tentu saja aku bingung, bagaimana bisa aku mendapatkan bingkisan itu, sedangkan aku tak pernah mengenal satu orangpun di Malang, ini hari ketigaku di Malang, bagaimana bisa aku mendapatkan bingkisan itu, aku mencoba mengingat-ingat, hari apa ini? Tak ada yang istimewa dihari ini, aku juga tidak ulang tahun atau ada yang special dihari ini.

“Dari siapa kak?” pertanyaanku sontak mengundang kak Kendra untuk menggodaku, dengan tatapan sedikit menggoda, seperti biasa sudah aku duga bahwa ini akan menjadi bahan untuknya meledekku habis-habisan.
“Kak Kendra, serius nih, dari siapa?”. Tanyaku kembali padanya, masih dengan tatapan genitnya ditambah senyum simpul ciri khasnya menggoda, sembari mengangkat kedua bahunya, lalu menghela nafas dan mengangkat kedua tangannya kedepan lalu menggelengkan kepala sembari berkata “I don’t Know”.
Tak semudah itu aku percaya padanya, kuhujani dia dengan pukulan andalanku “duuuuhhhh…… aduuuuuhhhh… ampuuunnnnn….iya ampunnnnn…. Deh”. Kak Kendra mulai menggeliat menghindari pukulan kecilku yang menghujani tubuhnya. “Duh, cakep-cakep punya adek kok kayak herder ya”. Ledeknya kembali padaku.
“Diiihhhh, minta dicubit ya? Biarin nih, Gaia cubitin juga nih biar biru-biru semua badannya, siapa suruh iseng aja”. Gerutuku sambil menatap kak kemdra yang sedang meringis kesakitan. “ntar klo kak Kendra sakit gak ada yang ngajak jalan-jalan lho, apa Gaia mau, liburan jauh-jauh keMalang Cuma buat ngerawat kakak yang sakit karena dianiaya adiknya”. Celetuknya sembari tersenyum genit kearahku.

“Kakak juga gak tau say siapa yang kirim, orang pulang kuliah tadi udah nemu aja di depan pintu”, buka aja kadonya, siapa tau ada kartu namanya”. Kak Kendra bicara sembari menahan tawa, aku langsung aja merengek supaya dia berhenti meledekku dengan cara seperti itu, ledekannya sungguh mengganggu pola pikirku, mukaku tak bisa menyembunyikan bagaimana rasa Maluku, saat aku terus dicibirnya seperti itu.
Aku turuti saran kak Kendra, dengan gaya slow motion dia mulai mencoba mengintip kearah kotak yang akan ku buka, sepertinya rasa penasaranku dan penasarannya sama besarnya. Setelah ku buka, didalam kotak itu hanya ada kaartu ucapan berwarna merah muda, dan bertuliskan “Tolong Aku”. Sontak aku kaget dan langsung membuang kotak itu beserta kartu ucapnnya. Aku langsung menatap kak Kendra dengan sinis “gak lucu ah becandanya”. Kataku kesal. Kak Kendra yang sedari tadi memperhatikanku langsung mengambil kartu yang kubuang tadi, setelah membacanya, matanyapun ikut terbelalak, setelah membaca tulisan itu. “Sumpah dek, kakak benar-benar gak tau”. Ungkapnya padaku. 

Kami masih dalam kebingungan, siapa yang tega ngerjain separah ini, apa aku punya salah, atau kak Kendra yang sebenarnya dituju oleh pengirim bingkisan itu. Kak Kendra mencoba menenangkanku, dipeluknya aku dan sembari berkata “Everything is oke, ini Cuma becandaan, bisa jadi ada yang iseng ini”. Ungkapnya mencoba menenangkanku. “sekarang ganti baju, kita jalan keluar, oke”. Akupun mengangguk, mungkin inilah cara kak Kendra untuk  mengalihkan perhatianku dari bingkisan itu.
“Bulan depan kakak ada pameran photografi di kampus, kamu temenin kakak hunting lokasi ya”. Pinta kak Kendra kepadaku, aku hanya mengangguk sembari mengikuti langkah kakinya menuju keluar rumah kostnya. Perjalanan pertama hari ini, kak Kendra mengajakku ke kampusnya, sebenarnya ini yang kedua kalinya aku main ke kampusnya, kali ini aku diajak main ke gedung FT, tiba-tiba ada yang memanggil kak Kendra “Ken, follow me now, kita meeting masalah pameran”. Sapa seorang cewe cantik blesteran menyapa kak Kendra. “Oke, wait me a few minute”. Jawab kak Kendra.

“Dek, kakak ada meeting bentar, mau ikut atau nunggu dikantin”. Tanyanya kepadaku, dengan raut wajah sedikit kesal aku menjawab “ tinggalin aja, ntar juga ada yang mungut”. Gerutuku kepadanya. Kak Kendra tersenyum lalu mengacak-acak rambutku lalu berkata “ You make me smile baby, very funny hahahaha”. Gelak tawanya membuatku iseng memetik daun bunga bogenvile lalu memasukkannya kemulutnya yang sedang tertawa lebar. “fuih, fuih…..” kak Kendra sibuk memuntahkan daun yang masuk kemulutnya lalu berkata “mau ikut gak”. Tanyanya kembali padaku. Aku menggelengkan kepala lalu berkata “Gaia pengen duduk disini aja, tapi janji, gak boleh lama” ungkapku mencoba memberi penawaran. “Yups, jangan kemana-mana ya, ntar hilang lho”. Godanya padaku sembari perlahan pergi meninggalkanku.

Baru beberapa menit aku berdiri di depan koridor ruang perpustakaan, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sapaan seseorang “Hai, ingat aku?”. Aku masih bingung, menoleh kearah kiri dan kanan mencari sosok orang yang dimaksud. Dia tersenyum kepadaku dan menunjuk kearahku. Tambah bingung aku dibuatnya, lalu aku menunjuk ke arahku sendiri, dia tersenyum dan menganggukkan kepala pertanda orang yang dimaksud adalah aku.

“Saya?”. Tanyaku padanya, hanya untuk mempertegas supaya aku tak salah. 
“Iya”. Jawabnya sembari menganggukkan kepala. 
“perkenalkan, namaku Kiki, aku melihatmu kemarin dikampus”. Ucapnya mencoba memperkenalkan diri. 
“Aku Gaia” ucapku singkat sembari tersenyum, sebenarnya senyumku itu senyum kebingungan karena aku sama sekali tak pernah melihat wajahnya sebelumnya,
“Aku faham jika kau bingung, tapi wajahmu cukup akrab dimataku” ucapnya lagi, dan lagi lagi aku dibuatnya bingung. Aku hanya tersenyum, tiba-tiba kak Kendra memegang bahuku dan berkata,
 “ dek, kamu bicara sama siapa?”. Aku langsung menoleh kebelakang dengan sedikit gugup aku menjawab pertanyaan kak Kendra “Ini kak, Kiki mungkin kakak kenal?”. Jawabku sembari menunjuk kearah belakang. Dengan wajah bingung dan mata mencari-cari kak kendra menjawab “dari tadi kakak lihat kamu ngomong sendiri, Kiki siapa?”. Lalu aku menoleh kearah belakangku, tak kujumpai Kiki yang tadi ngobrol denganku. “ada kok tadi disini”. Jawabku mencoba menerangkan sambil mataku mencari-cari sosok kiki yang tadi berdiri di dekatku. Kak Kendra lalu tersenyum dan iseng menjepretku dengan kamera yang baru dibawanya dari ruang meeting tadi. “masih mau disini atau kita jalan-jalan ke soekarno-hatta?” Tanya kak Kendra kepadaku, mencoba memberikan options. “Bandara kali yeeeeeee” cibirku padanya. Langsung digandengnya tanganku menuju tempat parkir dan bergegas meninggalkan kampus.

Dengan motor kesayangan kak Kendra, kami bergegas menuju tempat makan favorit kak Kendra di kawasan soekarno-hatta, mungkin ini tempat tongkrongan favorite anak muda kota apel ini, tapi masih ada rasa gundah di dalam hatiku, tapi tak mempengaruhi semangatku untuk menyantap makanan dan mencicipi setiap jajanan yang ada disana. Setelah dirasa perut cukup kenyang dengan sajian wisata kuliner ala kami, kami bergegas pulang untuk istirahat di tempat persemayaman kak Kendra setiap harinya.

Sesampainya di depan pintu kontrakan kak Kendra, aku kembali dikejutkan oleh bingkisan yang hamper sama dengan yang aku terima tadi pagi, tapi kali ini aku tak mau peduli, kulihat kak Kendra bereaksi yang sama denganku, diambilah bingkisan itu lalu segera dibukanya tanpa banyak bicara. Sama seperti bingkisan tadi pagi, bingkisan berbentuk kubus yang kali ini dibungkud dengan kertas berwarna ungu dengan pita senada, terlihat kontras dan cantik, didalamnya terdapat amplop berwarna sama. Dengan tatapan heran kak Kendra berkata padaku “Buka gak nih?”, tanyanya padaku. Aku mengaggukkan kepala tanda setuju, tapi aku tak cukup berani untuk membaca kartu yang ada didalamnya. “Dear Gaia, terimakasih atas perkenalannya, nice to meet you”. Kata itu meluncur dari mulut kak Kendra, sontak aku tak percaya dan langsung merebut kartu ucapan yang dipegang kak Kendra.
“Tuh kan, baru beberapa hari di Malang, udah punya penggemar aja nih si adek” ledek kak Kendra padaku, aku yang sedari tadi bengong menatap kartu ucapan itu, tiba-tiba perhatianku teralih kearah pinggir pintu yang sedari tadi luput dari perhatian kami, “Anggrek ungu”. Tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulutku. Kak Kendra terus menatapku sambil senyum-senyum, “Cieeeeee, udah anggrek ungu aja nih, siapa sih yang ngajak kenalan” selidiknya padaku. “tau deh”. Jawabku singkat sembari merampas kunci kamar yang sedari tadi hanya digenggam kak Kendra.
Kak Kendra masuk dengan membawa kotak bingkisan tadi sembari berkata “buat apa ini kotak, gak ada isinya, Cuma kartu doank dari tadi pagi, isi martabak kek”. Gerutunya pada kotak bingkisan itu lalu menaruhnya diatas meja, segera dia mengambil gelas dan menuangkan air putih kedalamnya lalu meminumnya.
“Mungkin ini dari Kiki kali ya?”. Tanyaku pada kak Kendra. “Kiki siapa sih, perasaan dari kampus Kiki terus, jatuh cinta ya??”. Dengan gaya bicaranya, sudah jelas kalau kakakku ini memang hobby untuk meledekku. Aku membantingkan diri diatas sofa sembari memandangi satu buket kecil anggrek ungu yang aku pegang dari tadi. “besok kita kekampus lagi ya, Gaia tunjukin deh yang mana orangnya”. Jawabku.
Kakakku ini gila fotografi, tapi entah kenapa, dia kuliah malah dijurusan tehnik sipil, katanya sih walau sedikit, ada kaitannya tehnik sipil dengan fotografi, intinya sih yang satu mempunyai kekuatan dalan tehnik menggambar menggunakan lensa, dan yang satu lagi mempunyai kekuatan menggambar tehnik. Entahlah, kalau disinggung masalah ini, dia Cuma nyengir-ngengir aja. Kuperhatikan kak Kendra mulai mengotak-atik kameranya, sepertinya ingin sesegera mungkin memindahkan gambar yang ada ke laptop kesayangannya. “itu kamera punya cewek bule tadi ya”. Tanyaku pada kak Kendra yang sedari tadi konsen mengamati koneksi kamera ke laptopnya. “iya, namanya Alice, dia ketua klub Fotografi dan jurnalis kampus”. Jawab kak Kendra tanpa memalingkan pandangannya yang sedari tadi tertuju pada laptopnya. “Bule kok namanya Euis, kayak orang sunda aja”. Ujarku sedikit melesetkan nama Alice menjadi Euis, sontak ini membuat kak Kendra mengalihkan perhatiannya kepadaku lalu tertawa terbahak-bahak mendengar bayolanku. “seneng deh punya adek selucu kamu”, godanya padaku sembari meninggalkan laptopnya dan menghampiriku, mengacak-acak rambutku, lalu pergi keluar.

Iseng pengen lihat hasil jepretan klub fotografi kak Kendra, akupun mendekati laptop yang dari tadi bekerja sendiri, mentrasfer file yang ada di kamera itu ke laptopnya kak Kendra, kulihat satu per satu, hasilnya memang bagus, artistic tapi yang difoto kok semuanya gedung kampus. Tiba difoto terakhir, kali ini tidak lain adalah fotoku tadi yang dikampus. Tiba-tiba aku melihat sosok kiki disampingku “ini ada kiki” ujarku setengah berteriak. Kak Kendra tiba-tiba nongol disebelahku “apaan sih, treak-treak”. Ujarnya sambil ikutan mantengin laptopnya. “ini nih, yang namanya kiki”, jawabku sambil menunjuk kearah foto yang ada di laptop. Raut wajah kak Kendra berubah, dia terus menatap foto itu sambil mendelikkan matanya. “ini kiki?”. Tanyanya singkat kepadaku. “iya, ini cowok yang tadi ngajak kenalan dikampus”. Jawabku lagi mencoba menjelaskan. Kak Kendra hanya diam dan terus memperhatikan foto itu.

“Jiaaahhhhh, kayaknya bukan Gaia deh yang jatuh cinta, tapi kak Kendra”. Godaku sambil mencubit pipi kanannya. Kak Kendra hanya tersenyum dan mengalihkan perhatiannya ke foto-foto yang lain. “gimana hasil jepretan kakak, bagus kan?” tanyanya kepadaku. “Bagus apaan? Orang objeknya gedung kampus semua”. Jawabku sedikit sinis. “Neng, gak tau seni sih, emang temanya gedung kampus kok”, ujarnya sedikit membela diri. ”wuuuuuu norak” cibirku padanya sambil nggeloyor pergi meninggalkannya sendiri. Rasa kantuk dan lelah mulai menghampiriku, dan akupun tanpa sadar terlelap.

“Gaia sayang”, sayu-sayu kudengar suara kak Kendra memanggilku, tapi mataku masih terlalu berat untuk terbuka. Tiba-tiba kurasakan ada yang menarik hidungku, mataku langsung terbelalak. “Ikchhhhhhh, sebel deh, orang lagi enakan tidur juga”, ujarku sambil memegangi hidungku yang sakit karena ditarik kak Kendra. “kamu gak berubah dek, masih suka molor aja, tadi Bunda telp, nanyain kapan kamu balik”. Ceramahnya kepadaku sambil membuka gorden jendela kamar, dan sontak sinar matahari langsung masuk dan menerangi seisi kamar.

“Berubah? Emang power rangers”, jawabku sambil melirik kearahnya.  “kakak gak ada kuliah hari ini, tapi ada janji sama anak club fotografi, buat print out hasil foto kemaren, kamu mau ikut?”. Tanya kak Kendra padaku. Aku hanya diam, sambil sedikit berfikir, tiba-tiba mataku tertuju ke jendela yang dibuka kak Kendra, “Huft, hari yang cerah”, gumamku. “Untuk jiwa yang sepi”. Balas kak Kendra. Iddddiiiiiiihhhh, jayus deh, jawabku sambil pergi meninggalkannya yang sedang sibuk membereskan kamar yang sedikit berantakan.

Aku bersiap-siap untuk pergi mengikuti acara kak Kendra, aku yakin tak akan membosankan, karena laki-laki yang terbaik yang aku miliki tak akan membuatku bosan dengan rutinitasnya, tapi herannya, kakakku yang cukup tampan dan berwajah oriental ini belum pernah mengenalkan pacar atau teman dekatnya sama sekali, mungkin karena dia terlalu sibuk dan banyak kegiatan, menurutku, dia punya dunia sendiri, dan hanya bisa berdampingan dengan orang yang punya dunia yang sama dengannya.

“Yuk berangkat”, ajaknya antusias, sudah cukup lama dia menungguku. Aku sangat beruntung mempunyai kakak yang sangat perhatian seperti kak Kendra, dia sering menggodaku, mencibirku, tapi itu sebagai ungkapan kasih sayangnya padaku. “kita kekampus dulu, trus nanti kita ke taman bunga Orchid, gak kalah kok sama koukenhof yang di Amsterdam sana”. Ujarnya dengan sedikit promosi. “haaa haaaaaa haaa jelas beda donk, kalau di Amsterdam itu kan taman bunga tulip, kalau di malang kan bunga Orchid”. Ujarku sedikit mencibirnya. Kak Kendra hanya tersenyum, dan kami pun berangkat ke kampus.

Sesampainya dikampus, dikejauhan aku melihat Kiki, dia tersenyum dan melambaikan tangannya kearaku, akupun membalas senyumannya, dan tanpa sadar ternyata kak Kendra memperhatikannku “ hai, senyum-senyum sendiri, mulai gila ya?” ujarnya seraya mengejekku. “ihhh apaan sih, Gaia disini aja ya?” pintaku pada kak Kendra. Dengan mengerutkan keningnya kak Kendra berkata “Yakin?”. “he’eh”, jawabku sambil mengaggukan kepala. Kak Kendra bergegas meninggalkanku, dia berjalan kearah ruang auditorium. Aku yang sedari tadi berdiri, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaan seseorang. “Hai, ketemu lagi kita”, ujar pria tinggi bermata sipit itu. “kiki”. Ujarku kanget, dia hanya tersenyum.

“Kamu saudaranya Kendra?”, tanyanya kepadaku. “iya, kamu kenal kak Kendra?”. Balasku. “Iya, aku mengenalnya, jawabnya singkat. “satu angkatan?”. Tanyaku lagi. Dia hanya tersenyum, lalu berkata “Boleh aku minta tolong?”, tanyanya kepadaku. Dengan wajah penuh antusias aku menjawab “Boleh donk, minta tolong apa?”. “Besok mamaku ulang tahun, aku sudah menyiapkan kado dan satu puket bunga Anggrek Ungu kesukaannya, dan special aku juga sudah menyiapkan setangkai angrek batu yang terselip diantara rangkaian bunga itu, ambillah bunga itu diujung gedung fakultas tehnik”. Ujarnya sembari menunjuk kearah gedung fakultas tehnik, aku masih bingung, kenapa harus aku yang mengambil bunga itu. 

“aku tau, kamu pasti bingung, tapi Cuma kamu yang bisa mengantarkan bunga itu, besok aku harus pergi, dan aku tak sempat bertemu mama”. Pintanya kepadaku. Dengan sedikit keraguan akupun menjawab “ i…ya, iya akan aku antar bunga itu ke mamamu”. Dia tersenyum kepadaku, sambil mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, kemudian kertas itu diberikan kepadaku “Surabaya?”. Tanyaku sedikit kaget. “Iya, kamu keberatan?”. Tanyanya kepadaku. Aku terdiam sesaat, bagaimana bisa aku mengantarnya, sedangkan aku tidak pernah tau jalan di Surabaya, hal ini bisa mempersulitku. “Gaia, tolong aku, Cuma kamu yang bisa mengantar bunga itu ke mamaku, kamu bisa minta Kendra untuk menemanimu mencari alamat rumahku”. Ujarnya dengan sedikit memelas, kuperhatikan wajah kiki yang hampir mirip dengan aktor dan penyanyi jepang Hideaki Takizawa. Aku tak tega menolak permintaannya. Lalu akupun mengaggukkan kepala tanda menyetujui permintaannya.

“sebagai rasa terimakasihku, hari ini aku akan mengajakmu kesebuah tempat favoritku”. Ujarnya sembari berjalan dan akupun mengikutinya dari belakang. Kuperhatikan tubuhnya lunglai, tak seperti anak-anak yang kuliah di tehnik, yang notabene merupakan kumpulan orang yang berenergi ekstra, sudsah bisa dibayangkan, kalau kuliah di tehnik cukup berat, belum lagi seabrek aktivitas. 

“Kiki, kamu sakit?” tanyaku hanya untuk memastikan. Dia hanya tersenyum kepadaku, sambil terus melangkahkan kakinya, dan pandangannyapun lurus kedepan, entah apa yang dia lihat, kuperhatikan pandangannya kosong, kecuali ketika dia bicara padaku, itupun hanya beberapa detik dia mampu bertahan, saat berbicara padaku, mungkin sebagai penghormatan dia padaku sebagai lawan bicaranya. “Akhir-akhir ini aku memang sakit, tapi besok aku yakin, aku akan jauh lebih baik”. Pungkasnya. “Hope you get well soon”, jawabku lagi sambil melempar senyuman padanya, tanpa terasa kami sampai disebuah taman, tak jauh dari kampus, tempatnya nyaman dan kami duduk di bawah sebuah pohon beringin besar. “ini tmpat favoritku, saat aku jenuh dengan semua kegiatan kampus, aku pasti duduk disini”. Ujarnya padaku. “ya, akupun merasa nyaman disini”, balasku lagi. 

Cukup lama kami hanya duduk berdiam diri di taman itu, kurasakan bahwa kiki adalah seorang cowok yang pendiam, akupun mulai bingung bagaimana caranya untuk mencairkan suasana, sedari tadi aku telah mencoba, tapi jawaban singkatnya membuatku kehabisan akal untuk memancing pembicaraan.

“Gaia, kamu orang pertama yang aku ajak kesini”. Tiba-tiba suaranya memecahkan  kesunyian, aku merasa tersanjung menjadi orang pertama yang kiki ajak kesini, tempat ini jauh lebih indah dari tempat-tempat wisata yang aku kunjungi kemarin bersama kak Kendra. “terimakasih, karena kamu telah mengajakku ke tempat seindah dan sesejuk ini”. Ujarku sembari melempar senyum, kupikir hari ini aku memang agak sedikit gila. Sedikit-sedikit senyum untuk menghadapi cowok sedingin gunung es ini.

“suatu saat, jika kau berkesempatan main lagi ke kota ini, jangan lupa ketempat ini ya”. Ujarnya sedikit meminta padaku, akupun hanya terdiam dan memandangi wajahnya lalu menganggukkan kepala, tanda aku menyetujui permintaannnya.

Tanpa terasa, hari sudah mulai gelap, kamipun bergegas pulang, sepanjang jalan kami hanya diam dan tanpa terasa akupun sampai di depan pintu kontrakan kak Kendra, baru akan mengetuk pintu, tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, “Gaia…., kamu dari mana aja dek? Kakak nyariin kamu dari tadi siang, gak bisa di telp lagi”. Tanya kak Kendra dengan nada sedikit cemas, dia langsung saja memberondongi aku dengan pertanyaan. Aku hanya tersenyum melihat muka cemasnya. “eeeee… ternyata kakak cemas juga ya?”. Ledekku kepadanya. “kamu sebenarnya dari mana”?. Tanyanya lagi. “Aku tadi jalan sama kiki ke taman”. Jawabku sambil menoleh kiri kanan depan belakang mencari sosok kiki yang sedari tadi berjalan berdampingan bersamaku.
“ini anak ditanya malah muter-muter”. Ujar kak Kendra, akupun hanya meringis sambil sedikit kebingungan, kiki sering menghilang kalau bertemu dengan kak Kendra. “Udah, mandi sana, terus istirahat”. Kata kak Kendra lagi. “oke boss”. Jawabku sambil berlalu meninggalkan kak Kendra.

Badanku terasa lelah, aku benar-benar letih, kakiku rasanya mau copot, sampai akhirnya aku ketiduran.
Aku terjaga karena handphoneku berdering, kulihat Bunda yang menelpon, beliau menanyakan kapan aku pulang ke Palembang, seperti janjiku pada Bunda, liburanku di malang Cuma seminggu, dan besok adalah hari terakhirku, kulihat jam digital yang ada di handphone menunjukkan pukul 05.30 pagi, aku menoleh kearah sofa, kulihat kak Kendra masih tertidur nyenyak sambil memegangi foto-foto hasil jepretannya yang sudah di print out. Kakakku itu memang gila foto, apa saja yang dianggapnya unik, pasti akan menjadi object bidikan kameranya. Badanku masih terasa pegal, aku memutuskan untuk olah raga kecil sambil menghirup udara segar di luar sana.

Aku bergegas menuju halaman depan kontrakan kak Kendra, aku pikir cuacanya masih begitu sejuk, lumayan untuk meredakan otot-ototku yang sedikit mengejang karena berjalan sama kiki kemarin. 

Aku mulai membuka pintu, kupandangi halaman sekitar, begitu sejuk terasa, aku jadi betah tinggal disini, pikirku dengan sedikit melamun, tiba-tiba kakiku menyandung sesuatu, kulihat kebawah, ternyata kakiku menyandung bingkisan, seperti biasa kubus kecil dengan dibalut kertas warna pink dan dihiasi pita warna senada, kubuka kotak itu, isinya hanya amplop berwarna pink, langsung ku ambil dan bergesas ku baca kartu yang ada di dalamnya “Dear gaia, sampaikan salam sayangku buat Mama, ambilah bunga pesananku pagi ini, dan segera sampaikan kepada mamaku, aku telah menitipkan sesuatu untukmu pada mama”. Ehmmmmm, aku menghela nafas panjang, tidak salah lagi, semua kartu yang dikirim kemaren semuanya dari kiki.

Aku bergegas masuk kerumah kembali, kulihat kak Kendra masih ditempat semula, dia masih tidur nyenyak, pagi ini, sesuai janjiku pada kiki, aku harus ke Surabaya. Dan hanya kak Kendra yang bisa mengantarku kesana.

“kak Kendra, bangun donk”. Rengekku sambil menggugah tubuh kak Kendra. Kak Kendra mulai membuka matanya, ditatapnya aku dengan tatapan aneh, dia tersenyum lalu mencubit pipi kananku sambil berkata dengan gemasnya “Idiiihhhh, apaan sih, kakak gak ada kuliah hari ini”. “Justru itu kita jalan-jalan yuks”. Ajakku sambil menarik tangannya. “jalan kemana?, masih pagi gini, mau jogging?”, tanyanya padaku. Sambil menggelengkan kepala aku menjawab “ enggak, tapi kita ke Surabaya”. Sontak jawabanku membuat kak Kendra langsung bangun dari tempat tidurnya “Ngapain kesurabaya?”. Tanyanya sedikit heran padaku. “aku punya janji sama orang”. Jawabku singkat.

“dek, kamu jangan aneh-aneh ya, kemaren udah ngilang seharian gak tau juntrungannya, sekarang ngajak ke Surabaya lagi”. Kata kak Kendra dengan sedikit ngomel, aku hanya diam dan memberikan kartu yang aku temukan di teras rumah tadi, dengan sedikit bingung dia menerima dan membaca kartu tersebut. “kakak heran deh, siapa sih sebenernya kiki ini?”, ungkapnya dengan nada sedikit kesal. Aku mencoba menjelaskan, “kiki itu, yang ada fotonya kemaren”. Kak Kendra terdiam, aku tak tau apa yang sebenarnya dipikirkan kak Kendra. “Oke kita ke Surabaya hari ini”. Jawabnya sambil beranjak dari tempat tidurnya.

Aku sudah siap dari tadi, kak Kendra pun sudah siap untuk pergi, dengan bermodalkan mobil pinjaman dari teman kak Kendra, kamipun pergi menuju Surabaya. “kita ke kampus dulu ya kak”. Pintaku pada kak Kendra. “anggrek ungu lagi?”, Tanya kak Kendra padaku, dengan antusias aku bertanya padanya “kok kakak tau?”. “di ujung gedung FT?”. Tanya kak Kendra lagi, aku semakin penasaran setelah diberondong dengan pertanyaan seperti itu. “kak Kendra kenal kiki kan?”, tanyaku balik padanya. “kakak gak yakin, kalau yang selama ini kamu temui itu Yuki teman kakak”. Jawab kak Kendra.

Aku hanya diam, sesampainya dikampus, kami langsung menuju gedung FT, sepertinya kak Kendra jauh lebih mengenal teka-teki ini, mungkin karena kak Kendra jauh megenal kiki, makanya dia dengan mudah menemukan bunga anggrek yang telah dijanjikan kiki untk dipersembahkan kepada ibunya.

Setelah menemukan bunga itu, kami bergegas pergi ke Surabaya, tak sulit untuk kami menemukan alamat yang diberikan kiki kemarin, alamat itu merupakan alamat Rumah Sakit Dr. soetomo. Aku masih bingung setelah kak Kendra meyakinkanku bahwa kami tak salah alamat, aku masih keukeuh kalau kami salah alamat, kak Kendra menyuruhku turun dari mobil lalu kak Kendra menggandeng tanyanku menuju resepsionis rumah sakit. “mbak, ada pasien bernama Bintang Yukizawa?”, Tanya kak Kendra pada suster jaga itu. “ada mas, di ruang ICU lantai 2”. Jawab suster tadi, kamipun bergegas menuju lantai 2, aku masih bingung, ada apa ini sebenarnya.

Genggaman tangan kak Kendra makin erat kurasa, sampailah kami di depan ruang ICU, disana kudapati wanita separuh baya sedang menangis, ada beberapa anggota keluarganya juga yang mencoba menenangkan ibu itu. 

“Tante….”, sapa kak Kendra pada wanita itu. Wanita itu menoleh dan menatap kak Kendra dalam-dalam, lalu memeluk kak Kendra dengan eratnya. “Ken… Yuki ken….”. jawab wanita itu dengan terbata-bata. Dan tanpa sengaja wanita itu melihatku lalu melepaskan pelukannya pada kak Kendra, pandangannya sekarang beralih padaku, beralih pada satu puket bunga anggrek yang aku bawa, perlahan dia menghampiriku. “Tante…. Ini kiriman dari kiki”. Ungkapku dengan sedikit ragu-ragu. Wanita itu terus menatapku dalam-dalam, “salam sayang juga dari kiki, katanya dia tak sempat bertemu dengan tante hari ini, selamat ulang tahun tante”. Kataku sambil menyodorkan bunga anggrek yang sedari tadi kubawa. Wanita itu terus menatapku, sampai akhirnya dia memelukku erat, “Terimakasih sayang, kamu adalah orang yang Yuki janjikan hari ini untuk bertemu tante”. Jawabnya sambil terisak-isak menahan tangisnya.

Aku masih bingung, siapa yang ada di ruang ICU itu? Mengapa semua orang sedih?, mengapa semua orang menangis disaat salah satu diantaranya ada yang ulang tahun, perlahan wanita itu melepaskan pelukannya daari tubuhku, bergega dia menghapus air matanya lalu mengabil sesuatu di tasnya. Amplop berwarna peach lagi. “Ini dari yuki, yang diberikannya pada tante dua bulan lalu, dia meminta tante untuk memberikannya pada seseorang yang akan membawa anggrek ungu pada ulang tahun tante”.  Ungkap wanita itu, sambil menyodorkan amplop berwarna peach, perlahan kubuka, kali ini secarik kertas warna peach, bukan kartu ucapan lagi, tapi kali ini surat. “Terimakasih atas hari yang indah yang yang kau berikan kemarin, sekarang aku tenang untuk meninggalkan semuanya, terimakasih Gaia, andai ada kehidupan kedua, aku pasti meminta agar kau yang menjadi jodohku, terimakasih untuk semuanya, salam sayang, Bintang Yukizawa”.

Aku benar-benar tak percaya, bagaimana bisa surat itu ditulis 2 bulan yang lalu, sedangkan aku mengenal yuki baru dua hari yang lalu. Aku melamun sendirian, sampai akhirnya ada seorang dokter yang keluar dari ruangan itu. “maafkan kami, kami sudah melakukan yang terbaik untuk pasien, tapi Tuhan berkehendak lain”. Ucap dokter itu kepada kami semua, sontak hal ini membuat semua orang kaget, terutama tante yang ku kenal sebagai ibunya Kiki, aku yang sedari tadi diam mematung, tiba-tiba tanganku ditarik oleh tante itu dan aku diajak masuk ke ruang ICU. Betapa terkejutnya aku, setelah mengetahui orang yang berada di ruang ICU, tergeletak tak bernyawa adalah Kiki yang dua hari lalu aku kenal.

Shock aku melihatnya, kak Kendra mencoba menenangkanku, dipeluknya aku erat-erat, bahkan sampai saat ini aku masih bingung. Apa yang sebenarnya terjadi. Sampai akhirnya kak Kendra memutuskan untuk tetap di Surabaya untuk mengantarkan Yuki ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Setelah itu kami kembali ke malang, sepanjang perjalanan kak Kendra menceritakan bahwa Yuki adalah sahabat karibnya yang koma sejak 2 bulan lalu, dia merupakan ketua HIPALA, dia terjatuh ke jurang saat pendakian dan High Camp ke gunung Argopuro yang dikenal sebagai Heaven in Earth. 

Aku benar-benar tak percaya kalau Yuki sudah tergolek lemah selama dua bulan. Lantas siapa yang aku temui beberapa hari lalu?, bagaimana bisa dia mengirimi aku bungan dan  bingkisan  yang berisi kartu-kartu ucapan, setelah aku perhatikan, kaartu pertama yang aku dapat berwarna senada dengan surat yang terakhir aku terima. Ada apa dengan warna Peach? Apa itu pertanda buruk?, yang lebih aneh lagi, taman yang aku datangi beberapa hari lalu bersama yuki ternyata berada jauh dari kampus, sekitar 6 km, jadi wajar saja jika setelah sadar aku merasa kakiku sakit dan pegal.

Jujur aku sedih, jika aku harus mengenal sosok yuki yang kini telah tiada, jika aku boleh meminta, aku akan akan meminta jika hari kemarin tak pernah berakhir. Tapi aku yakin, kondisinya kemarin hanya menyakitiya, selang-selang yang hanya membantu tapi tak bisa membuatnya sadar kembali, yang akhirnya  diputuskan keluarganya untuk mencabut semua alat bantu itu.

Ini hari terakhirku di kota Malang, yang bercerita kemalangan yang menimpamu selama aku disini, sebelum pergi ke bandara, aku meminta kak Kendra untuk mengantarku ke taman tempat favoritmu itu, dibawah pohon beringin itu aku bergumam sendiri “Yuki…. Andai kau tau, akupun punya harapan yang sama denganmu, jika aku punya kehidupan kedua, aku ingin menjadi jodohmu”.

Jumat, 29 April 2011

April ?? Huft, it's Lazy month

Ketemu akhir bulan lagi, sebenernya gak ada yang spesial sama sekali, cuma terkadang klo lagi merenung baru nyadar, makin lama makin gak bisa menguasai waktu aja, nyatanya gak ada yang berubah sama kehidupan yang aku jalani, boseeeeeeeeeeeeennnn, capek bener gini aja, lempeng, gak ada gebrakan, padahal udah beberapa kali mencoba menggebrak, tapi gebrak meja makan wkekkekee, intinya mah, ini tulisan isinya uneg-uneg (kaya' uya kuya), tapi ini mah gak perlu di hipnotis juga jari terus mengeluarkan ide yang baru ditrasfer via bluethooth dari hati ke otak terus menuju ujung-ujung jari yang menari di keyboard (opo iki, gak jelas banget ya?)

Kirim uneg-uneg tiap hari sama Allah, curhat sama Allah, mungkin klo Allah itu sama kayak manusia, Dia udah pasti gedeg banget denger curhatanku tiap hari, apel sehari 5 kali ditambah sholat hajat yang do'anya macem-macem tapi intinya cuma satu, pengen hidup bahagia (curhatan apa request tah?), lha embuh, pokoknya intinya berdo'a, memohon sama Allah itu suatu keharusan sebagai manusia. herannya aku ngerasa Allah belum juga ngasih, mungkin masih masuk dalam daftar tunggu kali ya? soalnya yang minta sama Allah. kan bukan cuma aku doank yang minta sama Allah, (mencoba menghibur diri), yang pasti, aku tetep percaya bahwa Allah maha kaya, jadi gak mungkin request hamba-hambanya gak diijabah karena keterbatasannya.

kalo terus dipikirin emang bisa stres ngadepin hidup ini, karena pada dasarnya manusia itu gak pernah puas, bisanya cuma protes, dikasih lebih masih kurang aja, dikasih kurang tambah kekurangan, sekarang aku pikir waktunya berdamai dengan diri sendiri, mencoba memahami apa yang sebenarnnya Allah rencanakan untuk hidupku ini. klo boleh request untuk yang terakhir ini, aku mau bilang sama Allah, "Ya Allah, jangan lama-lama ya ngejawab do'aku, klo dikondisikan, urgent nih" hehehee. aku cuma ingin hidup bahagia dan bisa membahagiakan orang yang aku cintai, terutama Bunda, I love Bundaaaaaaaaaa

ngomongin Bunda, Bunda lagi deman Ali syakieb, itu tuh si Wahyu Subuh pemeran utama sinetron Pesantren & rock n roll, pokoknya gak mau sampe ketinggalan sedikitpun, ampe klo iklan gak boleh diganti chanelnya, awalnya aku juga siih yang ngeracunin Bunda buat nonton sinetron itu, berawal dari ketertarikanku ngelihat wahyu subuh yang cakep, sinetron itu juga lucu tapi mendidik, gara-gara gak mau nonton sendirian, jadi aku ngajak bunda nonton ampe malem, ampe besoknya bunda sakit kepala gara-gara kurang tidur, eh sekarang malah kecanduan nonton xixixixixi.... nontonin Ali, ampe jadi fans berat karena ngelihat wajah arab plus badannya yang gede tinggi.

tulisan ini jadi beneran tulisan ngawur deh, ngalor ngidul gak jelas, dari pada tambah gak jelas, mending udahan aja lah, lanjut next post klo mood buat nulis membuncah lagi :)

Sabtu, 09 April 2011

My First Love

Namaku Gaiatri, aku tak tahu mengapa ibuku memberi nama itu, filosofis bangsa Yunani Gaia yang artinya Bumi. ibuku berharap jika kelak aku akan tumbuh menjadi seorang gadis yang membumi, atau bahasa bulenya low Profile hehehe...

Pagi ini aku kembali lagi ke Bandung, tempat dimana aku dilahirkan oleh seorang ibu yang baik banget (iyalah, kalo gak baik mungkin gue udah dicekek dari dulu wkwkwk). Senang sekali bisa balik lagi kesini, setelah beberapa tahun lalu, ehmmm tepatnya hampir 10 Tahun yang lalu, orang tuaku memutuskan, bahwa aku harus menyelesaikan pendidikanku sampai perguruan tinggi di kota Medan, Sumatera Utara. Sebenernya rencana awal aku akan dikirim ke Malang, Jawa timur. tapi tak tahu mengapa, kakak sulungku, Kak Vito yang malah dikirim kesana, mungkin bukan takdirku untuk mencoba beradaptasi dengan masyarakat jawa, tapi aku malah terdepak ke Medan (hiks hiks hiks, sedikit hiperbola nih).

Satu-satunya harapanku saat aku menginjakkan kaki lagi ke tanah pasundan itu, aku berharap bisa bertemu Farish, teman yang sejak lama aku kagumi, dia sosok yang inspiratif, dimana sosoknya mampu membangkitkan semangatku untuk secepat mungkin menyelesaikan pendidikan dan segera pulang untuk bertemu dengannya, Farish yang super cuek, tapi mempunyai daya tarik yang luar biasa untuk lawan jenisnya, jelas beresiko jika perasaanku yang sejak lama terkubur, sekarang terkuak kembali, beresiko jika aku mengaguminya, bahkan aku bisa mencintainya walau kami tak pernah bertemu dan berbicara sejak 10 tahun lalu, sebenernya jika dikatakan 10 tahun lamanya, itu juga salah, waktu liburan ke Bandung aku pernah mendapatinya di sebuah pusat perbelanjaan, dia sedang bercengkrama dengan beberapa temannya dan tanpa sengaja dia marah karena ada waria yang nyolek pipinya, lalu ada temannya yang menggoda, dengan mengikuti gaya bencong yang nyolek pipinya tadi dan berkata "Ikch, Aa Farish teh meuni kasep pisan euy". sontak dia tertawa lepas melihat gaya temannya tadi, kemudian berlalu, beriringan dan terus bercanda. awalnnya aku tak yakin kalau itu bener-bener Farish yang ku kenal, tapi penegasan dari teman yang menggodanya tadi membuatku semakin yakin, bahwa dia Farish, temanku sewaktu SD dulu, dia jauh lebih tampan dari yang aku bayangkan selama ini.

Sesampainya dirumah, aku jadi berfikir, sainganku bertambah, ternyata orang yang aku kagumi sejak dulu, bukan hanya dicintai oleh Martha, cewek nyentrik tapi gak punya otak, cuma bisa mengandalkan wajahnya yang menurutku biasa saja, tinggi dibawah rata-rata cuma satu setengah meter. tapi manusia jadi-jadian kayak bencong tadipun bisa naksir Farish, "owh, You so very handsome Farish !". pantas jika banyak yang menginginkanmu.

Diliburan yang sama, ditempat yang sama seperti kemarin setelah beberapa hari aku menemukannya, aku dipertemukan lagi dengannya, aku bertemu dengan situasi yang tak membuat hatiku nyaman, kali ini aku dipertemukan saat Farish bersama seseorang yang telah kuduga sebelumnya, Martha, keyakinan ku diperkuat oleh sepupuku Ladisha, Ladisha tahu betul siapa Martha dan posisi Martha dimata Farish, karena Ladisha adalah sahabat Kevin, adik kanding Farish. aku melihat ketidaknyamanan Farish disamping Martha, aku menatapnya sembari tersenyum, dan dia membalas tatapanku dengan senyum simpulnya, pertanda bahwa dia minta dibebaskan dari si nenek sihir Martha. Farish mulai menyadari keberadaanku, dan dengan segala upaya, aku mendapatkan no hpnya, aku beranikan diri untuk menelponnya jika aku berada jauh darinya nanti.

Saatnya kembali lagi ke Medan, liburanku di Bandung telah selesai, keraktivitas lagi, fighting untuk persiapan ujian nasional, kelas 12 akan segera berakhir, dan seperti biasa, aku berharap aku bisa kembali ke Bandung. dengan segenap kekuatan yang ku kumpulkan, akhirnya aku beranikan diri untuk menelponnya, sambutannya baik, tapi sedikit mengecewakan diakhir percakapan kami, aku menyadari, dia tidak mengingatku, tapi aku mencoba mengingatkannya, aku menyadari bahwa dia beranggapan aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang dianggapnya iseng, iseng untuk kenalan, atau iseng sok kenal. tapi herannya, dia selalu membalas SMS ku, walaupun bahasannya cuma sekedar basa-basi, saat kita tengah asyik membahas tentang masa depan, karena aku berharap bisa  berada di kampus yang sama, untuk melanjutkan pendidikan. 

Ketika aku tanya, "kau ingin jadi apa suatu saat nanti?", dia menjawab cukup bersemangat "aku ingin menjadi pemain sepak bola, dan aku ingin pergi ke Brazil, andai aku terlahir di Brazil atau di Kota Milan Italia, aku pasti jadi pemain bola, lalu, kau ingin jadi apa?". tanyanya kepadaku. "Aku hanya ingin jadi yang terbaik, menjadi bahagia, dan aku ingin melanjutkan kuliahku di kota Surabaya". aku sungguh tak menyangka, kalau percakapan kami via SMS itu adalah percakapan terakhir, sampai akhirnya aku kehilangan kontaknya, handphonenya tak pernah aktif, sampai akhirnya aku kembali ke Bandung dan kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Kembang itu, karena aku tak diizinkan untuk melanjutkan pendidikanku di Surabaya.

Entah apa yang membuatku ingin ke Kota itu, aku tak pernah tau, mungkin satu-satunya alasan, aku ingin dekat dengan kak Vito yang tinggal di Malang, dia jarang pulang jadi kami jarang bertemu, kak Vito sosok kakak yang cukup menyenangkan buatku. aku bahagia bisa kembali ke Bandung, tapi aku tak mendapati Farish disini, aku benar-benar kehilangan, ada dimana dia? apa benar dia jadi ke Brazil atau ke Italia untuk sekolah bola?, aku hanya bisa menjalani hidup apa adanya, sampai akhirnya, tepat semester 3, aku mendapat info dari sepupuku Ladisha, bahwa Farish melanjutkan kuliahnya di ITS Surabaya.

Kekecewaanku membuncah, kenapa ibu tak pernah mengizinkan aku untuk kuliah disana, tapi aku menyadari, aku dan dia mungkin belum jodoh untuk dipertemukan, bahkan mungkin memang tidak jodoh, sampai akhirnya, aku mengubur semuanya, semua tentang Farish, tepat di semester ke 7 perkuliahanku, aku tak sengaja main kerumah temanku, sekedar ngobrol sampai akhirnya pacar adik temanku datang, karena sama-sama menunggu di teras rumah, akhirnya kami ngobrol dan ternyata dia tinggal tidak jauh dari rumah Farish, aku memang tau lokasi rumahnya, tapi aku tak pernah tau pasti dimana rumah Farish, dan dia memberikan no hp Farish.

Sudah satu minggu aku punya no hp Farish yang baru, tapi aku masih bingung, apa yang mesti aku lakukan. aku tak punya keberanian jika aku mengaku kalau aku Gaia, aku takut kecewa lagi, aku takut dia tak ingat siapa aku lagi, sampai akhirnya ide untuk salah sambungpun kumulai, tapi aku harus kerja ekstra keras mengatur skenario, agar kebohongan publik ini tak mencuat kepermukaan (kayak skandal aja ya hehehe). yang pasti, semua harus rapi, aman dan terkendali.

Kumulai dengan cara yang sangat rapi, SMS salah sambung yang intelek, karena alasan salah sambung ini mengenai jurnal penelitian, Yups, nama samaranku adalah Lovita, yang mengaku seorang mahasiswa tingkat akhir yang butuh bantuan Adam, salah seorang mahasiswa FE UI untuk dicarikan jurnal ilmiah di kampus UI Depok itu, aku yakin dia pasti respect kalau masalah kajian ilmu pengetahuan, karena aku tahu siapa Farish, dia sosok yang cerdas yang pernah aku kenal.

Tak perlu lama menunggu, Replay SMS pun langsung aku terima "Maaf, ini Lovita mana?, saya bukan Adam, tapi saya Farish Vandega, mahasiswa Geologi ITS Surabaya". Yups, tepat. Farish Vandega yang kucari selama ini, ternyata benar dia di Surabaya, senang mendapatinya kembali, tapi sedih saat aku tak bisa menjadi diri sendiri saat itu. perkenalanku sebagai Lovita pun berjalan lancar, sampai ke Frenster dan facebook, ada rasa berdosa dihatiku, dan ada rasa sedih karena tak bisa menjadi diri sendiri, tapi kufikir inilah cara terbaik agak aku bisa memantau perkembangannya, agar aku tahu kabar terbaru darinya. Sampai akhinya aku ceritakan semua ke kak Vito, dan aku mendapati solusi, biarlah Lovita menjadi Lovita yang farish kenal, dan aku harus tetap menjadi Gaia, Gaia yang mungkin terlupakan untuk seorang Farish.

Dimulai dengan akun facebook Gaiatri, aku mencoba memberanikan diri untuk add akun yang bernama Farish Vandega, ternyata benar, lupa, bahkan tak ingat siapa aku, aku baru menyadari, betapa bodohnya aku, mencintai orang yang tak pernah mengingatku sebagai teman sekelasnya sewaktu SD sekalipun, sampai akhirnya, aku mendapati alamat kost Farish, dan adikku Radit diterima di Tehnik industri ITS, dan kost ditempat yang sama dengan Farish. sebagai teman 1 kost dan 1 kampus, adikku sering ngobrol sama Farish maupun kevin adiknya. adikku tahu betul siapa Farish  sekarang.

Sampai akhirnya adikku Radit berkata padaku, "lupakan dia, semampumu ingin memilikinya, sekuat itu juga dia tak mengingatmu, karena dia kehilangan memory masa lalunya, dia pernah kecelakaan dan amnesia". Ada rasa tak percaya, tapi itulah yang terjadi, wajar dia tak mengingatku, sampai akhirnya aku mengetahui bahwa dia tak sendiri lagi saat ini, telah ada seseorang yang mengisi hatinya, Thanks farish, be My First Love, kau yang mengajarkanku bahwa cinta tak harus memiliki, mungkin memang kita tak berjodoh, bahkan untuk bertemu dan bertatap muka sekalipun saat ini. Semoga cepat lulus dan jadi insinyur, jika ada kehidupan kedua, aku ingin meminta kepada Tuhan untuk menjadi jodohmu...

Jumat, 18 Maret 2011

Jogja Oh Jogja

Tiba-tiba inget jogja, inget setahun lalu, kota yang menjadi prioritasku untuk ku kunjungi waktu itu, tapi sayangnya, aku bisa menginjakkan kaki ke kota budaya itu setelah 4 tahun berangan-angan. Yups, menakjubkan, walaupun hari itu untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki ke Jogja, aku merasa sudah mengenal kota itu sejak lama, hahhaa, maklum daya halusinasi waktu itu bener-bener gak bisa di redam lagi, kayak udah kenal lama aja sama kota itu, bahkan gak ada rasaa takut tersesat sedikitpun wkwkwkwk....

Perjalanku dimulai dari pesisir pantai, dari Desa Ayam Putih, desa kelahiran Bapakku, terletak di kabupaten Kebumen Jawa Tengah, meski hanya berjarak 117km dari kota gudeg, selama sering liburan kesana, aku tak pernah punya kesempatan untuk menginjakkan kaki ke kota budaya itu. setelah harapanku pupus untuk melanjutkan kuliah disana, akhirnya adikku yang kujadikan tumbal untuk melanjutkan mimpiku menimba ilmu disana (hahahaha, bahasane, hiperbol banget).

Bermodal motor pinjaman sama bibi, akhirnya, for the first time, aku menginjakkan kaki ke kota impianku itu, adikku yang bawa motor dan tugasku ngelihatin plang petunjuk arah, gaya bego aja deh, yang penting nyampe, waktu itu emang masih goblok banget, kita pake jalur pesisir bener, ngelewatin bantul, jadi kalau ke kota lewat rute itu, nyampenya lamaaaaaa banget, sekitar 3 jaman lah nyampe tuh di depan BI, kayaknya itulah titik 0 nya kota Jogja, atau Tugu itu ya yang jadi titik 0 nya, yang pasti sampe sama seneng aja, padahal bingung.

Yups, tujuan utamanya adalah kampun UPN Veteran yang ada di condong catur, si adek udah ngomel-ngomel aja, lama banget, gak nemu-nemu juga tuh kampus, alhasil, mandek dulu deh di depan BI, nanya sama bapak-bapak yang lagi NoEnk (Nongkrong Enak) disana, yang ditanyain kampus UPN condong catur, kata si bapak "masih jauh, ikutin aja jalur solo, ntar ada fly over, trus naik, habis fly over belok kiri". Yups, Yihaaaaaaaaaa, nemu juga, lulus deh tuh ngelewatin fly over, tapi saking overnya, akhirnya keovernya beneran hahhaha alias kelewatan jauuuuuuuuuuuuuuuuhhhh banget, ngelewatin bandara pokoknya jauh banget kelewatannya, akhirnya tanya lagi sama bapak-bapak yang duduk di pinggir jalan "pak, tau kampus UPN gak?", si bapak yang ditanya bengong bentar, lagi mengingat sesuatu, true muncul lampu dikepalanya Blink Blink gitu deh (hahahahha, gak dink), trus si bapak kembali ingatannya dan bilang "wah kelewatan jauh dek, mesti ngelewatin 2 traffic light lagi, trus belok kanan sebelum flyover itu". adekku bengong, sontak ikutin si bapak ngeblank, bingung apa yang dimaksud si bapak traffic light tadi hahahahha, untung gak nanya sama si bapak, traffic light itu apa, bisa diketawain tuh.

Pokoknya mah, kalau nyasar dikit, terus senyum aja, biar gak kelihatan begonya, itu sih jurus terjitu yang aku punya, asal nyasar berdua sih nyantai aja, tapi kalau udah sendirian, nyasar lagi, gak kebayang deh sedihnya hahhaahaha, inget waktu balik dari kebumen ke tangerang, mau turun dicikokol malah ampe rangkas bitung, diturunin di kawasan kumuh lagi hiks hiks hiks, sedihnya, tapi untung ditolongin nyari bis sama bapak-bapak yang baik hati nyampe deh ditempat tujuan hehehe....

Masih ngeblank juga tuh, belum nemu juga, akhirnya malah masuk bandara Adi Sucipto, bikin otak tambah pening tuh, numpang muter aja di parkiran, kata adek kemaren sih, coba kita muternya ke kiri, disana jadi tempatku cari inspirasi, kalau kemaren mah cuma muterin parkiran bandara hahahhahaha, keluar dari bandara, nanya lagi sama bapak yang lagi duduk di pinggirin jalan, dan bapak yang terakhir inilah yang petunjuknya paling jitu wkakakaa, secara emang udah deket kok, masa mau nyasar lagi hahahaha, belok kiri dan eng ing eng.... ketemu juga tuh UPN babar sari, bukan UPN condong catur, dengan PeDenya sih, masuk aja, nanya sama pak satpamnya, "tempat registrasi mahasiswa baru dimana ya pak?", pake gaya lugu, muka melas, capek karena nyasar hahhaaa, trus si pak satpam bilang "di kapus UPN condong catur". 

Dear God, belum nemu juga ternyata hahaha, ya gaak apa cari lagi, gak tau arahnya kemana, pokoknya ampe nyasar di kost-kostan, trus nanya sama ibu penjaga warung, dikasih tau, suruh ngikutin jalan itu, lurus pertigaan belok kiri, maklum, aku bener-bener ngeblank kalau dikasih tau ngulon atau ngidul, gak tau arah, dari kecil cuma diajarin kiri-kanan, belok hahahhaha makanya jadi ngeblank sendiri, mencoba mencerna apa yang mereka maksud heheheehehe.....

Semakin dekat neh pencariannya, soalnya udah nemu STIE YKPN, kata temen sih YKPN itu letaknya dibelakang UPN, akhirnya, lampu meraaahhhhh, dari pada nyasar, nanya juga sama pengendara motor yang ada disebelahku, "mas UPN yang mana ya?" wkwkwkw pasang muka semanis mungkin. "Ini UPN", sambil senyum dia nunjuk ke sebelah kiriku. "owh, lewat gerbang tadi ya", tanyaku, pake gaya bego' hahahaha, padahal malu juga, dari tadi nanya mulu wkwkwkwkwkk. "lewat depan aja, belok kiri ini, gak usah nunggu traffic light ini". dah Alhamdullilah, jam 11.00 wib batu nyampe juga ke kampus itu hohohoho.... jarak tempuh yang sebenarnya cuma 2 jam jadi 4 jam, 1 jamnya karena lewat rute Bantul, yang 1 jamnya muterin Jogja gak jelas alias nyasar hahahhaaa, menyenangkan !!!

Sampe depan gerbang, udah diperikasa aja tuh sama pak satpam, SIM, STNK maklum motor pinjeman plat jakarta lagi. nanya ruang registrasi, ketemu langsung registrasi dan sejam kemudian adekku keluar dan hasilnya hahahhaha.... belum beruntung alias gak lulus, pointnya kurang banyak, jurusan yang diambil juga jadi favorit, jadi wajarlah kalau gagal. yang penting mencoba.

Udah jam 1 siang, langit udah mendung aja, tapi gak nyangka, ternyata Jogja panas juga, nah pulangnya ini lebih parah, si adek ngeyel dibilangin suruh belok kanan ke arah purworejo, dia malah lurus, katanya ini lewat bantul lagi, lewat jalan tadi pagi, tapi hasilnya malah nyasar di pereng sawah, makin lama, makin masuk ke sawah aja hahaha, akhirnya, makan bakso dulu, minum es dulu, terus putar balik arah, ambil arah purworejo dan hadilnya, ternyata jalan yang kami lewati itu jalur tengah, rame banget, tapi semakin jauh muternya hahahahha, nyampe rumah jam 5 sore, capek, pegel, kesel jati satu tapi puas, menyenangkan deh.

The Second times, 1 minggu setelah perjalanan pertamaku ke kota Jogja, perjalan keduapun dimulai, emang agak susah memborbardir supaya adikku bisa masuk jurusan minyak atau tambang, tapi apa mau dikata, dicoba lagi ampe bisa hohoho, kali ini rute ganti lagi, masih lewat pesisir, trus masuk kulon progo belok kearah temon, lewat wates terus Jogja, rute ini yang paling singkat, seperti biasa, tugasku cuma celingukan di belakang, sambil mantengin tiap plang petunjuk arah yang ada di depan, baru nyampe Temon, di razia pak polisi, pak polisinya cakep kayak orang India hahaha, mungkin lagi santer-santernya teroris waktu itu, jadi sering razia disana, SIM adekku kan SIM Prabumulih, Sumatera Selatan, KTP juga nah STNKnya ini Jakarta, jadi panjang deh tuh pak polisi nanya, dari mana, mau kemana, tujuannya apa, hadeeeeeeehhh, tapi akhirnya lolos juga dan meneruskan perjalanan.

Perjalanan kali ini terasa singkat bener, tembus juga 2 jam, nyampe UPN langsung adekku regustrasi tapi seperti biasa, masuk gerbang diperikasa lagi hahahahaa, tapi ya belum lulus lagi juga, kepikiran besok kalau tes ganti jurusan lagi aja, terus aku mau ke gudung MM nya, pingin nanya biaya kuliah untuk lanjut ke S2, baru wacana sih, insya Allah bisa terealisasi, nanya sama pak satpam tadi, ditunjukkin ke sebelah wetan, Heh??? bengong, yang mana wetan hahhahaha, minta tunjukkin pake jari aja pak, yang mana gedungnya, soalnya gak ngerti sama arah kompas wkwkwkwkkk, trus kata pak satpamnya, "ngapain mau ke MM, klo mau daftar ya di tempat tadi", wah, pak satpam ini, benar-bener deh, dikira baru lulus SMA apa? hahahaha, aku bilang aja, "mau cari info pak, mau minta brosurnya juga" , "emang udah lulus S1?" tanya pak satpam lagi. aku cuma senyum dan permisi. hahahaha

Biar gak terlalu kelihatan susah kayak gini. ngerefresh otak, jalan-jalan ke prambanan, awalnya cukup susah nemuin tempat ini, padahal mah tinggal lurus aja ikutin jalur solo hahhahaa, puas jalan-jalan, trus makan dan pulang, pulang juga ternyata gak mulus, adekku kecapean, ampe lampu merah diterabas aja hahhaha, udah denger sih sebenernya di sempritin sama pak polisi, tapi ya pura-pura budeg aja, tapi aku masih tenang, adek udah panik, pasti kena tilang nih, yang penting mah motor gak ngebut-ngebut amat, standar aja, gak taunya pak polisi lansung ngejer aja hahahaha.


Disuruh minggir sama pak polisinya, diambilah SIM sama STNK adekku, pak polisinya malah ngira kita lagi pacaran hahahahaha, ya mungkin karena umur kita emang gak jauh beda, sekitar 4 tahunan, lagian aku sama adekku akrab banget, walaupun sering berantem, tapi ya akur lagi hehehhee, akhirnya kita ditilang, adikku udah ngoceh, marah-marah, plus ngeyel, pake acara nyalahin pohon yang nutupin lampu merah, kelihatan juga pak polisinya makin nyolot lihat adekku nyolot, padahal duit juga tinggal 16 ribu, soalnya dari tadi nyari ATM gak nemu juga, Ahaaaaa, muncul ide, kalau sama-sama keras, gak bakalan selesai ini masalah, adekku ku suruh diem, biar aku yang ngomong, kata pak polisinya "mau sidang atau mau trasfer", "waduuuuhhh, gak dua-duanya pak", jawabku enteng, sambil ngeluarin duit sisa 16 ribu itu, aku bilang aja, kita jauh dari orang tua, motor hasil pinjeman, disini kita mau kuliah, kalau bapak mau, ambil aja ini semua, di dompet udah gak ada duit".  sambil masang muka sedih hahaha "kalaupun bensin habis, paling juga ngesot dari wates ke kebumen juga gak apa pak, asal jangan di tilang", tambah kata adikku, padahal mah, dalam hati bilang Busyeeeetttttt, wates-kebumen mau ngesot, beuh hahhahaa, akhirnya diambil tuh yang 10 ribu sama pak polisinya, katanya kasihan sama yang ngejar tadi, padahal 2 pak polisi tadi saling lempar mau ambil keputusan "terserah panjenengan" katanya, owh, tak geret-geret aja pak polisi yang nguber kita tadi, "tolongin geh pak, kan tadi bapak yang nguber kita". wkakakkaa, udah salah, nyalahin polisi lagi wkakkakaka. akhirnya yang 6 ribu dibalikin, dan kami bebas dari tilang, pak polisi itu emang baik, tapi ngomel juga "orang jauh kok gak punya sangu", katanya. terus aku jawab aja, sambil ngeluarin botol Aqua dari tas, aku tunjukkin ke pak polisi tadi "kita cuma sangu air pak, makasih pak, janji gak maen terabas lagi" ucapku sambil berlalu hahhahahahahaa......

sepanjang jalan ngekek aja, walau duit tinggal 6 ribu ditangan, masih aja mau melanglang buana, mampir ke AMPLAZ, pengen liat aja, gedean LIPPO apa AMPLAZ (wkakkaka, bego' bener yak, xixixixi), nyampe AMPLAZ, adekku kena razia lagi, tasnya yang gede diperiksa, padahal tas segede itu juga gak ada isinya, waktu itu udah jam 3 sore, tapi AMPLAZ bener-bener sepi, tapi jauh lebih lumayan lah, cukup menyenangkan, niatnya kan mau cari ATM disana, tapi gak nemu juga, akhirnya ulang dengan berbekal uang 6 ribu ditangan, sampe rumah kehujanan....

Jogja emang menyenangkan, pengen kesana lagi, sekarang ada alasan buat kesana lagi, karena adekku udah stay disana, akhirnya masuk UPN juga, tapi ambil tehnik kimia, mudah-mudahan, aku bisa menyusul untuk kuliah lagi disana, Jogja, hope i came immediatelly....

Senin, 14 Maret 2011

Tuhan, Aku Cemburu...

Tak tahu kenapa, akhir-akhir ini aku lebih banyak mengeluh tentang hidupku, bangun pagi terasa menjadi sebuah mimpi buruk dengan rutinitas yang menjemukan itu, menunggu dan terus menunggu. Pagi ini aku fokuskan untuk protes pada Tuhan sang pemberi hidup, mengapa aku diberi hidup yang serumit ini, jujur aku cemburu pada mereka, yang tanpa kerja keras bisa mendapatkan apa saja yang menjadi mimpinya, mengapa aku yang bekerja keras dan berjuang demi merealisasikan sebuah mimpi dan cita-cita terlalu banyak aral dan kerikil, bahkan bongkahan batu besar yang menghadangku.

Ketika aku menyadari, inilah takdirku, aku terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat sederhana, tapi Alhamdullih cukup, meski jauh dari kata mewah, ketika aku rasa dalam kekecewaan yang terlalu dalam, ketika aku gagal di berbagai sesi pertarungan untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa mendongkrak perekonomian keluargaku, aku sering mendapati mereka bicara tentang keluargaku, menerawang tentang kehidupan kami yang nyaman, tapi mereka tak pernah memperkirakan kekhawatiranku tentang hidup, kadang aku protes sama Allah, mengapa Allah tak pernah menjawab do'aku, ketika aku merasa benar-benar jatuh, bagaimana sulit mencari pekerjaan yang mapan, setidaknya sesuai dengan kebutuhan hidup saat ini.

Padahal permintaanku tak banyak, aku hanya meminta pada Allah agar Allah mengizinkan aku untuk membahagiakan Ibuku, bagaimana tidak, ketika harapan ibu menyatu seutuhnya dipundakku, bersamaan dengan kesulitanku untuk mewujudkan cita-cita ibuku, terkadang aku merasa gagal jadi anak yang baik, anak yang bisa membahagiakan ibunya, jika saat ini aku ditanya tentang harapan dan cita-citaku, cita-citaku hanya satu, yaitu membuat ibuku bangga telah berhasil mendidik anak-anaknya, karena bukan pekerjaan yang mudah, ketika kami lahir, dibesarkan, karakter kami dibentuk, disekolahkan, berharap kami menjadi anak-anak yang beretika, cerdas dan mandiri.

Aku menyadari, ibu sosok terpenting dalam hidupku, ketika aku ingat semua yang telah diajarkan ibu, tentang semangat juang, cita-cita, bahkan etika dan cara hidup yang sederhana. tapi mengapa Allah belum mengabulkan do'aku, jujur aku cemburu pada mereka, apa aku belum bisa bertawakal dengan baik, sehingga Allah terus mengajariku dengan setiap kejadian dan keputusannya tentang cita-citaku yang tak kunjung terealisasi, atau aku terlalu sombong??, semua diluar jangkauanku, aku tak dapati jawabannya langsung, hanya berusaha tawakal, ya mungkin pelajaran ini aku yang belum lulus.

Aku berusaha menyikapi degan bijak, bahwa setiap kejadian pasti akan ada pelajaran dibalik itu semua, tapi bedanya ada yang bisa mencerna dan menjadikannya pelajaran berharga, ada yang menganggapnya menjadi sebuah jalur keputus asaan. inilah puncak kesulitan yang aku alami, antara harapan dan keputusasaan, ketika harapanku membumbung tinggi, sontak sejenak hancur menjadi asa yang tak bertepi, Tuhan, aku benar-benar cemburu, cemburu pada mereka yang dengan mudah meraih mimpinya, cemburu pada mereka yang tak sulit jalannya, cemburu pada mereka yang damai hidupnya....