Kali ini saya lagi semangat banget buat bahasan tentang pendidikan. sya pernah ngobrol sama salah seorang teman yang merupakan seorang dosen disalah satu Universitas Swasta terbaik di Jakarta. saya bertanya karena ingin mengetahui apa yang dipikirkan generasi muda saat ini.
Berawal dari banyaknya tumpukan CV yang ada dikantor dan berakhir di tong sampah, Bos yang notabene orang luar, dia bilang,"Saya tidak perduli tingkat pendidikannya apa, yang penting bagi saya dia bisa bekerja dan memahami pekerjaannya." gimana dengan IPK dan Kampus? "I don't care." jawabnya tegas
Kembali ke obrolan saya dan teman saya yang Dosen. "Skill atau IPK?." "Skill". Jawabnya mantap. "Skill atau Alumnus??". "Ehmmmm, Kadang alumnus membantu juga sih". Tapi Skill seseorang itu tergantung pribadinya, bukan alumni mananya. banyak kok Cumlaude masih belum siap pakai, terus yang salah dimana? Pola pendidikan kita atau pribadi masing-masing? karena Dosen akan memberikan porsi yang sama kepada semua mahasiswanya, untuk upgrade skill dan knowledges itu tugas pridabi mereka, apakah mereka merasa cukup, atau ingin cari lebih banyak lagi diluar sana, sekarang menuntut ilmu, menambah knowledge itu medianya banyak pola MOOC (Massive Open Oline Course) dari universitas top di dunia pun banyak banget, masalahnya, mau gak belajar mandiri itu.
Actually, saya salah satu orang yang gak bisa mengandalkan alumni, karena saya kuliah dikampus swasta yang akreditasinyapun cuma B, kuliah dengan teman yang semuanya sudah bekerja dan gak ada kebingungan lagi setelah lulus membuat saya harus berani ambil jalan sendiri. gagal? gak cuma sekali,sampe lupa berapa kali. Diremehkan?? udah makanan sehari-hari, tapi saya gak rendah diri pada mereka yang katanya lulusan Universitas top, adu ilmupun saya berani. karena ada takdir yang kadang tidak bisa kita tolak, termasuk mendapatkan pendidikan, jika saya salah memilih kampus,bukan kampus yang saya salahkan, tetapi bagaimana caranya saya bisa upgrade skill saya, mulai dari bahasa asing sampai soft skill yang lain. disikut?? terlalu sering sampe lupa rasanya sakit. sampai saya sering berpikir. mungkin saya yang salah mencoba masuk kedalam lingkungan mereka.
FInally setelah cukup Pede dengan Bahasa Inggris yang gak seberapa,saya coba melamar keperusahaan yang kira-kira bosnya orang Asing. Pertama, ngelamar di perusahan yang lini bisnisnya penyewaan apartemen, Diluar dugaan sih kalau bosnya Pure Belanda Asli.meski gak diterima saya dikasih ongkos pulang yang lumayan banget jumlahnya hahhaaha
Kedua, gak nyangka juga, Invitationya pakai bahasa Inggris dan beberapa kali kontak via sms menggunakan bahasa Inggris, 5 menit Interview di Cafe, Bosnya Chinesse Hong Kong. Dan saya bahagia sekali bisa menjadi bagian dari Team mereka, banyak pelajaran yang saya dapat, lingkungan kerja yang bersahabat, saling membantu dan belajar. meskipun ada intern problem yang mengharuskan operasional berhenti.
Dan yang terakhir, hasil keisengan saya, saya gak menduga kalau bakalan dapat Invitation Interview dari perusahaan financial service yang berbasis di London, karena saya ngelamar untuk bagian dari team Trader yang ada di Jakarta. but Thanks so much buat my ex Boss. the great boss ever that was teach me much about market, until I can analyze, you let me do anything, because you said everybody has trading style, so find your style.