Minggu, 26 April 2015

Anak Bukan Investasi

Sebagai orang tua, terkadang lupa bahwa anaknya adalah manusia yang mempunyai hak-hak yang sama seperti anak-anak pada umumnya, saya bukanlah orang tua, tapi saya calon Ibu dan orang tua bagi anak-anak saya nanti, saya berani mengambil judul diatas, karena saya prihatin dengan sikap orang tua saat ini.

Akhir-akhir ini, saya menjumpai 2 kasus perseteruan antara ibu dan anak,  dan yang paling menarik perhatian saya adalah perseteruan antara seorang ibu dan anaknya yang baru saja beranjak dewasa. sore ini, PM BBM saya menarik perhatian seorang ibu, PM yang sebenernya sederhana, "Ketika manusia ditekan diluar batas kewajaran, maka insting pertama adalah memberontak".

Tak ada maksud untuk menyinggung siapapun, saya hanya tertarik untuk mengutip kata-kata yang luar biasa itu dari sebuah buku, tiba-tiba saya mendapati pesan dari seorang ibu yang saya kenal, sepertinya dia agak tersinggung dengan kutipan yang saya tulis, "Jika PM kamu itu ditujukan untuk saya, perlu kamu tahu, saya tidak pernah menekan anak saya, saya memperlakukannya sama seperti anak saya yang lainnya".

Saya menanggapinya simple saja, jika dia tersinggung, berarti ada indikasi dia melakukannya, karena kondisi hubungannya dengan anaknya adalah bukti nyata atas apa yang dilakukannya.

Seorang anak, pada dasarnya hanya bisa sikendalikan oleh ibunya, kenapa ibunya?? karena ibunya punya peran membesarkannya, membentuk karakternya, yang mendidiknya, menjadikannya seseorang yang lebih peka, lebih perasa atas apa yang dirasakan ibunya, jika anaknya mulai beranjak dewasa dan tidak bisa dikendalikan, seharusnya seorang ibu harus introspeksi diri, mengapa?? ada apa?? dan satu hal yang pasti, dalam proses pembentukan karakter, anak-anak lebih becermin pada apa yang dia lihat dalam proses pendewasaannya.

Ingat bu, anak bukan manekin yang bisa ibu atur hidupnya, jika karakternya kita bentuk sebaik mungkin, tanpa diaturpun anak sudah tahu apa yang harus dilakukannya, mereka tau apa yang diinginkan, alurkan bakatnya, arahkan kemauan dan keinginannya, nasehati jika keinginannya itu tak sesuai dengan kemampuannya, terus semangati dia dalam prosesnya meraih mimpi.

Mencintai tak berarti mengikuti apa maunya, apa yang diinginkannya jika itu diluar batas kemampuan orang tuanya, mencintai tak harus dengan mengeluarkan kata-kata kasar untuk menyemangati, anak butuh dukungan, jadikan dia teman, agar kita bisa mengarahkan, agar dia nyaman berbagi bercerita, agar kita tahu apa yang dia rasa.

Mencintai itu keseimbangan antara menasehati dengan bijak, mengajarkan dengan halus, tak harus selalu kita yang ingin dijaga perasaannya, tapi jaga juga perasaannya, mereka bukan investasi dimasa tua, mereka bukan manekin yang masa depannya sesuai kemauan kita, percayalah, jika kita memperlakukannya dengan baik, dengan kasih sayang, dengan nasehat bijak, sekeras apapun dia, setelah dewasa dia akan menyadari, dia akan mereview ulang masa kecilnya tanpa perlu kita memintanya balas budi, tanpa kita menganggapnya investasi, mereka manusia, perlakukanlah secara manusiawi, biarkan dia berkembang sendiri tapi tetap dibawah pengawasan orang tua. Bijaklah menjadi orang tua, anak juga manusia.

Minggu, 12 April 2015

Enjoying Dutch

Goedenavond Iedereen.... Hoe Gaat Het? Ik houd van Dutch.... 
Saya lagi fever nih sama Dutch, setelah setahun yang lalu saya tergila-gila untuk belajar bahasa Jepang, sekarang bahasa penjajah ini juga tertarik untuk saya pelajari. sebelumnya saya merasa gilaa dan frustasi karna saya gak bisa menaklukkan bahasa paling romantis di dunia (Spanyol), bingung karena gak bisa bedain yang mana kata beraliran feminin dan mana kata yang beraliran maskulin (Meskipun pada sadarnya Dutch juga sama). mungkin saya belum bisa menaklukkan hati saya untuk mempelajarinya, meskipun pronounce Spain terasa lebih mudah dibanding Dutch.

Entah kenapa, saya merasa Dutch itu menarik dan lebih mudah difahami (sebelumnya harus memahami english dulu), so far, saya belum menemukan kesulitan yang bisa membuat saya menyerah sama Dutch, meskipun terkadan willem Meneer membuat saya bahagia dengan selalu menaikkan level belajar saya, tah pada akhirnya dia juga menilai saya lemah di "Indefinite Pronoun" ya karena memang saya akui, ada sedikit kebingungan yang terkadang belum bisa saya pecahkan.

Belajar bahasa apapun, tetap inti pokoknya adalah Memorize Vocab, itu yang terkadang membuat saya lelah, tapi ketika mood untuk memorize itu datang, seberapa banyakpun vocab yang bisa masuk dalam otak, unlimited, intinya tetap konsekuen.

Belanda adalah salah satu negara favorite saya untuk melanjutkan study kelak, meskipun entah kapan, saya suka tenangnya, bunga tulip di Koukenhouf, Dam serta kanal-kanalnya. meskipun Indonesia jauh lebih Indah dari itu, hanya saja kesadaran kita untuk menjaga bumi kita sangat sedikit.