Selasa, 19 November 2013

Mom.... My Hero

Dimanapun berada, sosok Ibu itu emang tak tergantikan, gak tau kenapa, seabrek cerita yang ada dibenak gue setelah liburan gue berakhir, gue lebih memilih share cerita tentang pertemuanku dengan seorang Ibu di kereta pagi dari Tanjung Karang, yang Luar Biasa hebatnya menjalani hidup sebagai Single Parent dan mendidik dua orang puterinya yang beranjak dewasa.

Sebenernya tanpa perkenalan, kami kebetulan duduk berseberangan di satu gerbong kereta, pembawaan Ibu yang ramah, membuat kami jadi teman sharing dadakan, Si mas yang duduk disebelah si Ibu itu mendadak melipir pindah gerbong ngikutin temen-temennya. tinggalah Ibu itu duduk sendirian. dengan asyiknya dia mulai menjakan kami makan sambil memulai obrolan ringan.

Dia membuka obrolan tentang kemana tujuan kami dan dari mana kami berasal. Liburan menggila ala saya dan Eka Neechan dimulai setelah sidang skripsi Neechan selesai, stay beberapa hari di Tangerang dan berlanjut ke arah Timur, ke Kampungnya Bibi, bertemu dengan semua sepupu dan melanjutkan perjalanan lagi ke Timur lagi menuju Yogyakarta, nengokin adek.

Oke... Back to topic. Ibu yang kami temuin ini, kami kenal dengan Ibu Eni, seorang guru Geografi SMA yang membesarkan puteri-puterinya dengan etika dan moral, perjalanan hidupnya cukup rumit, namun caranya menutupi kegudahan hatinya agar tak nampak oleh puteri-puterinya sangat luar biasa, mungkin semua Ibu di dunia akan melakukan hal yang sama. setelah kematian suaminya, membesarnya  kedua puterinya yang waktu itu masih balita. diacuhkan bahkan didepak dari keluarga almarhum suaminya.

Tak tau harus mengadu kemana, tak tahu jalan mana yang harus diambil untuk membesarkan kedua puterinya. entah bagaimana caranya, Ibu Eni akhirnya memilih untuk menjadi TKI di Malaysia, meski berat meninggalkan kedua puterinya yang balita, tapi dia bertekad untuk merubah nasibnya agar masa depan kedua puterinya lebih baik. Jalan yang dipilihnya sudah mantap, Ia menitipkan anak-anaknya ke saudaranya dan dengan berat hati Ibu Eni bertolak ke Malaysia.

"Ibu mana di dunia ini yang tidak merindukan anak-anaknya??". ucapnya padaku dengan nada sendu. "Tapi aku harus merubah nasibku, agar masa depan anak-anakku lebih baik dari pada aku". imbuhnya lagi. Aku hanya tersenyum kagum menatapnya.
 
Dengan lirih aku bilang, "Sebagai anak, aku pasti bangga punya Ibu seperti Ibu Eni, Ibu sama dengan Ibuku, yang selalu mengedepankan anak-anaknya untuk maju. meski aku tidak tahu bagaimana caranya, bahkan orang seperti aku, yang tidak mempunyai Finansial yang kuat tapi berani untuk bermimpi ke Eropa, entah bagaimana caranya. aku jadi ingat Ibu dirumah, betapa Ibu berjuang untuk menyekolahkan kami sampai keperguruan Tinggi, meski aku sebagai anaknya belum bisa memberikan apa-apa, tapi aku berjanji, aku akan selalu membuat Ibu bahagia, meski aku tidak tahu bagaimana caranya, aku masih tetap bermimpi Bu... suatu hari nanti aku akan sampai di Eropa.