Jumat, 29 Juni 2012

My Quote


Ketika kita dihadapi dengan kekecewaan atas apa yang telah kita lakukan, baik itu rencana masa depan, pendidikan, pekerjaan dan cinta. Jika kalian mengkhawatirkan masa depan, kita sama, jika kalian mengkhawatirkan pendidikan??? Bisa dibilang aku juga khawatir, walau sebenarnya aku tak cukup puas atas pendidikan yang aku raih, tapi ketika aku menunduk kebawah, banyak dari mereka yang sekolah dengan infrastruktur yang cukup menyedihkan, jarak yang cukup jauh (walau aku juga pernah mengalaminya) tetapi semangat untuk maju tetap ada. Tentang pekerjaan, ehmmmm masalah yang membelitku setelah aku lulus kuliah dan sampai sekarang belum bisa kupecahkan, walaupun beberapa kali aku pernah mendapatkan tawaran kerja, tetapi pada akhirnya tak bisa bertahan sampai dua minggu, mungkin hal ini dikarenakan tingkat logikaku yang mendominasi atas apa yang akan aku kerjakan, bukan hanya masalah salary, background pendidikan yang dirasa tidak sesuai dengan pekerjaan.
            Banyak selentingan yang aku dengar (tidak, tepatnya hanya beberapa) orang yang membicarakan tentangku, bagaimana bisa aku menerima ketika suatu hari aku datang untuk wawancara kerja, ada pertanyaan “Apakah anda siap bekerja underpressure????”, What??? Bahkan dunia kerja ini juga sudah seperti panci bertekanan tinggi yang sering aku gunakan untuk memasak pindang tulang, intinya aku harus melunak seperti apa yang dikehendaki si koki. Mungkin ini cukup lumrah, tetapi perampasan atas hak dan diam saja, itu bukan aku. Aku sangat memahami apa yang namanya tanggung jawab dan hak, jadi ketika aku telah menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawabku tepat waktu, aku pasti menuntut hak atas apa yang aku kerjakan. Aku benci mereka yang suka memanfaatkan keterbatasan dan kelemahan orang lain untuk mengambil keuntungan.
            Banyak dari intelektual yang rela bekerja dibawah tekanan dengan salary dibawah rata-rata (itu artinya penghinaan atas kecerdasan intelektual). Mereka butuh uang??? Mungkin, pengalaman?? Itu alibi, atau bahkan gengsi??? Mungkin ini alasan yang lebih tepat kalo gak kerja, apa kata mereka??. Disaat kita masih sekolah, manfaatkanlah semua yang gratis dari orang tua itu semaksimal mungkin. Setelah lulus kuliah, itu akan menjadi masalah baru, bahwa tak ada yang gratis lagi.
            Kebanyakan dari para tetangga atau orang tua (tidak untuk Ibuku tapi iya untuk Ayahku) mempunyai pemahaman setelah lulus kuliah harus bekerja tanpa memperdulikan tekanan apa yang aku rasakan masuk dalam panci pressto itu, timbul pertanyaan baru, “Bisakah kamu mengetahui bahwa kamu telah ditindas tanpa menjadikan diri kamu sebagai korban?”. Setiap orang pasti pernah (kalaupun belum pernah, mungkin suatu saat nanti) mengalami menjadi korban suatu “Isme” atau pemahaman. Kalau pernah, yang aku lakukan adalah membangun kekuatan melawan ini semua tanpa menjadi sinis. (Bagaimana caranya melawan musuh tanpa sinis?). dulu aku juga pernah merasa bingung, tapi setelah aku pelajari, bahwa ketika kita dilempar orang dengan batu, maka tersenyumlah pada orang yang melemparnya, lalu balaslah dengan melempar bunga tapi jangan lupa beserta potnya. (benjol-benjol deh tuh kepala). Maksud dari kata-kata itu adalah, tidak perlu membalas kebencian, sindiran, hinaan dari orang sekitar yang menertawakan kita disaat kita berada dibawah, terus belajar, temukan jati diri, buat rencana masa depan, fokus, dan bidiklah, mungkin butuh waktu yang lama, tapi dibanding orang yang berbakat, bukankah orang yang berlatih setiap hari dan orang yang sering jatuh akan lebih tepat membidik dari pada orang yang berbakat tapi terlalu cepat merasa puas. Masalah melempar bunga beserta potnya adalah tenang, fokus, berhasil, tersenyum. Nah, bukankah senyum kesuksesan itu bisa membuat sesak orang yang selalu meremehkan kita??.
            Aku pernah dapat kata inspiratif dari drama yang aku tonton, ketika peran utama yang memiliki bakat sebagai penyayi tapi dia harus memulai dari bawah dan dia merasa bosan atas kegagalannya untuk debut, tetapi gurunya memberikan kata yang cukup inspiratif, bahwasannya orang yang berjalan cepat dan orang yang berjalan lamban mana yang lebih beruntung?? Sebagian mungkin merasa beruntung disaat berjalan cepat karena bisa sampai dengan cepat dan menghemat waktu, tetapi orang yang berjalan lamban lebih beruntung karena bisa melihat dengan jelas apa yang dilaluinya sehingga bisa selamat dan faham atas apa yang terjadi dijalan.
            Jangan pernah menyerah karena keterbatasan, aku jarang memikirkan keterbatasanku (mataku minus), keterbatasan tak membuatku sedih, kadang-kadang merasa nelangsa juga. Tapi setelah aku dengar lagu Italia Yo Vivo Per Lei ( Hidupku untukmu) yang dinyanyikan oleh Andrea Boceli, siapa yang tak kenal penyanyi ini, walau buta, dia masih bisa menyanyi, menggelar konser tour dunia, ini membuktikan keterbatasan tak membatasi seseorang untuk maju, bahkan orang buta sekalipun. Kata inspiratif dari Stevie Wonder “ Hanya karena mata seseorang tidak berfungsi, bukan berarti ia tak mempunyai pandangan”.


“Bidik target yang tinggi dan kamu akan mengenainya, tidak untuk pertama kali, tidak untuk kedua kali, dan mungkin tidak untuk ketiga kalinya, tapi mempertahankan target, dan terus membidik, karena latihanlah yang akan membuat sempurna, dan pada akhirnya target keberhasilan akan tercapai”.
=Annie Oakley=