Sabtu, 17 September 2011

Teman Semusim

Sesuai dengan judulnya, "Teman Semusim", tak jarang bahkan mungkin sering kali kita mendapatinya, bukan sekedar teman musim panas atau musim dingin tapi ini lebih tepatnya teman musiman gitu, waktu kita sekolah, kuliah, kursus, tapi setelah semuanya berakhir, pertemanan itu juga perlahan berakhir.

Dunia sosialku cukup luas, aku mampu bahkan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi satu hal yang membuatku kurang beruntung, rata-rata dari mereka hanyalah teman semusim, satu-satunya sahabatku yang mampu bertahan sampai saat ini adalah sosok sahabat yang aku kenal waktu kelas 1 SMP dulu, tak perduli jarak yang memisahkan kami, dia tetep menjadi sosok sahabat yang terbaik yang aku miliki.

Bulan depan hari pernikahannya, aku turut bahagia memiliki teman sepertinya, tidak seperti rata-rata watak orang yang mendominasi di kota kelahiranku ini, mereka rata-rata mempunyai sifat yang sama, seenaknya sendiri, semaunya sendiri, serba semusim, semua fiktif, didominasi oleh sifat manipulatif, penjilat, sampaaaaahhhh.

Akhir-akhir ini aku memutuskan untuk 'hanya diam' dirumah, daripada mendengarkan nada sumbang tetangga yang kurang kerjaan, yups, mereka terlalu banyak waktu luang untuk bergunjing ria dari pada mengurus anak dan suami mereka, bahkan herannya akupun masuk daftar gunjingan mereka, banyak yang 'tidak suka' dengan pola pikirku (lha, kok malah ribet ngurusin hidup gue ya).

Perasaan tak satupun yang aku lakuin itu ngerugiin mereka, herannya masih aja aku yang jadi sorotan, I know, jauh dari kata sukses, aku terlihat 'diam' dari pada 'bekerja', mulut mereka itu udah kayak comberan, gak bisa apa biarin aku bekerja dengan caraku, ini hidupku, peduli amat. udara disini terlalu panas jadi dari pada mendengarkan sampah itu keluar dari mulut mereka, lebih baik memperbaiki diri, aku tetap pada prinsipku, aku tak mau terlihat lebih 'Wah' padahal aku menderita, yang tau titik aman untuk diriku sendiri, cuma aku, jadi tak perduli apa yang mereka katakan, aku tetap pada prinsipku, dan terus menjadi diriku sendiri, tak perduli mereka memaki. teman semusim dan sampahnya.